JAM’UR RUWAH
( جمع الرواة )
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Naqd
al-Hadits
Dosen Pengampu : Prof.
Dr. Erfan Soebahar, M. Ag
Disusun
Oleh:
1. M. Amiq Fahmi (103
111 067)
2. M. Khoirul Anam (103
111 068)
3. M. Latief Wibowo (103
111 069)
4. Siti Thoifah (103
111 096)
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
JAM’UR RUWAH
( جمع الرواة )
I.
PENDAHULUAN
Para ahli
hadits sepakat bahwa untuk menilai kualitas hadits, terlebih dahulu harus
dilihat dari segi matan dan sanad-nya. Dalam hubungannya dengan
penelitian sanad, yang harus diteliti adalah rangkaian atau persambungan sanad
dan keadaan pribadi periwayat hadits menyangkut dua hal; pertama, ke-adil-an
yang berhubungan dengan kualitas pribadi periwayat, dan kedua, ke-dhabith-an
yang berhubungan dengan kapasitas intelektualnya. Apabila kedua hal tersebut
ada pada periwayat hadits maka periwayat itu dinyatakan tsiqah dan
hadits yang diriwayatkannya dapat diterima sebagai hujjah.[1]
Jauhnya rentang
waktu antara wafatnya Nabi Muhammad dengan penulis kitab-kitab hadits tentu
menimbulkan berbagai hal yang dapat menjadikan riwayat hadits menyalahi apa
yang sebenarnya berasal dari Nabi atau perubahan dan pergeseran lafal serta
makna hadits yang bersangkutan. Dengan kata lain, hadits sangat mungkin tidak
asli dari Nabi. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian hadits tidak hanya dari
segi matannya saja, tetapi juga dari segi yang berkaitan dengan periwayatannya.
Kegiatan periwayatan hadits sebenarnya telah
dilaksanakan para sahabat pada zaman Rasulullah. Hadits yang diterima para
sahabat dengan cepat disebarluaskan kepada umat Islam. Pada umumnya, para
sahabat sangat berminat untuk memperoleh hadits Nabi dan kemudian
menyampaikannya kepada yang lain. Namun perlu diketahui bahwa pada masa
sahabat, periwayatan hadits dilakukan dengan cara sangat hati-hati. Dengan
demikian periwayatan hadits tampak semarak dan semakin meluas kemana-mana
sehingga dituntut adanya tata cara penyampaian dan penerimaan riwayatan hadits
Nabi.[2]
Untuk itu pada
makalah ini akan sedikit dipaparkan mengenai apa pengertian jam’ur ruwah,
bagaimana teknik penelusuran rijal hadits, dan bagaimana praktek
penelusuran dan pembuatan skema.
II.
PENGERTIAN JAM’UR
RUWAH
Jam’ur Ruwah
( جمع الرواة )
terdiri dari dua kata, yaitu kata jam’un ( جمع ) yang artinya himpunan, kumpulan dan kata
ruwah ( رواة) merupakan jama’ taksir dari lafadz rowi ( راوى ) yang
artinya orang yang meriwayatkan atau orang yang menceritakan. Jadi jam’ur
ruwah ( جمع الرواة
) adalah himpunan atau kumpulan para perawi yang menceritakan atau meriwayatkan
apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seorang ( gurunya ) mengenai
hadits-hadits Nabi Muhammad SAW.
Dalam kajian
ini untuk mengetahui lebih dekat hubungan antar rowi yang terdapat di dalam isnad
hadits ( إسناد الحديث
). Beberapa sahabat, beberapa tabi’in dan beberapa tabi’ut-tabi’in dalam isnad
itu. Riwayat hidup bagi para rowi yang dijadikan sandaran dalam isnad hadits,
diantara yang dipandang penting meliputi:
a. Nama, gelar ( kunyah ( علم كنية ) dan laqob (
علم لقب
) ), keturunan dan penisbahannya,
b. Tempat, negeri, tanggal lahir dan meninggalnya bila mungkin,
c. Kepribadiannya, antara lain menyangkut amanah dan kepercayaan
pihak lain, dapat dipercaya atau tidak,
d. Pikiran dan kekuatan hafalannya; sempurna/cukup kuat atau pernah
mengalami perubahan,
e. Siapa saja guru-gurunya tempat pengambilan hadits dan siapa pula
murid-muridnya yang meriwayatkan dari padanya,
f. Kemana saja mengadakan perjalanan menuntut ilmu dan hadits,
g. Apa saja keistimewaan yang menonjol dan menjadi ciri khas
baginya, sebaliknya apa saja cacat dan cela yang dapat dinilai sebagai
kelemahannya,
h. Dan lain-lain yang perlu diungkap yang pada prinsipnya akan
dapat dijadikan pegangan bagi penelitian hadits, apakah rawi tersebut termasuk
yang dapat dijadikan sandaran dalam isnad hadits atau tidak.[3]
III.
TEKNIK PENELUSURAN
RIJALUL HADITS
Ilmu rijalil hadits adalah ilmu
yang membahas secara umum tentang hal ihwal kehidupan para rawi dari golongan
Sahabat, Tabi’in dan Tabi’it tabi’in.[4]
Untuk
mengetahui persambungan sanad kita harus melakukan beberapa tahapan sebagai
berikut:
1.
Mencatat semua nama rawi dalam
sanad yang diteliti.
2.
Memperlajari sejarah hidup
masing-masing rawi melalui:
a.
Kitab rijal al-Hadits
b.
Tujuannya adalah untuk mengetahui:
1)
Apakah rawi tersebut adil dan dabith
serta tidak suka melakukan tadlis.
2)
Apakah rawi terdekat memiliki
hubungan kesezamanan, atau guru murid dalam periwayatan.
3.
Menelaah shighat (kata-kata)
dalam penyampaian hadits.[5]
Contoh praktis
dan teknik penelusuran rawi yang ada dalam rangkaian sanad dengan langkah
sebagai berikut:
a.
Memahami terlebih dahulu antara
nama, nasab, kunyah dan laqab.
b.
Melihat daftar index kitab.
c.
Memahami kode-kode maraji’ dan
kode lainnya dalam kitab.
d.
Memastikan nama rawi yang dicari
melalui tahapan-tahapan, sebagai berikut:
1)
Bila nama tersebut hanya
satu-satunya, maka dapat dipastikan dialah yang dimaksud.
2)
Bila terdapat dua nama atau lebih
yang sama, maka dibedakan nasabnya terlebih dahulu.
3)
Bila nasabnya juga sama, maka
dilihat kode maraji’nya.
4)
Bila ada kemungkinan sama, maka
dilihat dari tahun wafatnya.
5)
Bila masih ada kemungkinan yang
sama, maka dilihat dari rawa‘an dan rawa‘anhu.[6]
IV.
PRAKTEK PENELUSURAN
DAN PEMBUATAN SKEMA
Dalam praktek
dan penelusuran skema rijalul hadits, untuk lebih jelasnya perhatikan metode
dua kitab rijal berikut ini guna memahami langkah-langkah di atas:
1.
Kitab Tahdzib al-Kamal fi
Asma’al al-Rijal karya Abu al-Mahasin Syams Al-Din Muhammad bin Ali Al
Husaini Al Mizzi yang diterbitkan Dar Al-Fikr, Beirut, 1994, edisi 22 jilid + 2
index (tersendiri).
Contoh no. 1:
١. د فق : احمد بن ابراهيم بن خالد المصلى ابو على
روى عن :
............ محمد بن ثا بت العبدى ( د )،.........
روى عنه :
........... ابن أبى الد نيا ( فق )
قال ابن
معين : ليس به بأس
توفى سنة خمس
وثلا ثين ومأتين
.-.............. (ر : ٦ ٢ ٢)
١٩- م : احمد بن ............
٢٠ - م ٢ : احمد
بن ............
Keterangan:
a. Nomor awal
adalah nomor urut nama.
b. Kode (د فق) adalah kode maraji’
(lihat tabel).
c. Berikutnya
adalah nama lengkap.
d. (روى عن) menunjukkan
nama-nama rawi yang mengutip periwayatannya (para guru).
e. (روى عنه) menunjukkan
nama-nama rawi yang mengutip periwayatannya (para murid).
f. Diikuti
selanjutnya penialian ulama dan informasi tentang wafatnya.
g. Tanda(ر: ٢٢٦)
maksudnya rujuklah nama berikut ke nomor urut 226.
h. Terdapat nomor
tertentu yang diikuti tanda (م م ٢) artinya terdapat nama lainyang disisipkan mualif
(pengarang) lain yang tidak dicantum dalam kitab ini.
2. Kitab Tahdzib
al-Tahdzib karya Syihab
al-Din Ahmad bin Ali bin Hajar
al-‘Asqalani (w.852) yang diterbitkan Dar al-Fikr, Beirut, 1988, edisi 12 jilid + 2 index (jilid
14-13).
Contoh no. 2 :
١. د فق : (ابو داود وابن ماجه فى التفسير)
احمد بن ابرا هيم بن خالد الموصلى ابو على
روى عن .......، محمد بن ثا بت العبدى .......روى عنه: .........
ابن أبى الدنيا ........ ما ت ٦ ٣ ٣ ......... قال ابن معين : ثقة صدوق
Hal-hal yang bersifat
teknis dari dua kitab ini antara lain:
a. Adanya nama
yang sama berikut nasab yang sama.
٦٠٦٨ :محمد بن على
بن حمزة المروزى ابو على
٦٠٦٩ : محمد بن على بن حمزة بن الحسن ابو عبد الله
العلوى
٦٠٧٠ : محمد بن على بن حمزة
الأنصارى
٦٠٧١ : محمد بن على بن حمزة بن
صالح ابو بكر الانطاكى
b. Nama yang
disebut dengan kunyah-nya , seperti:
ابو بكر المدنى : عبد
الرحمن
ابن عمر : عبد الله بن عمر
أم الحكم : عاتكة بنت الزبير
c. Nama rawi yang
dikenal dengan laqab-nya, seperti:
الأعرج : عبد الرحمن بن هر
مز
الأعمش : سليمان بن مهرا
الأغطش : سعد بن عبدالله
بندار : محمد بن بشر
d. Terdapat kode Maraji’
dalam Tahdzib al-Kamal antara lain:
ع : اتفق عليه الجما
عة الستة
ع : اتفق أصحاب السنن الاربعة
خ : صحيح البخارى
خت : تعليق
البخارى
ر : القرأة خلف الامام
للبخارى
ي : رفع اليدين فى
ااصلاةللبخارى
بخ : الا دب للبخارى
عخ : أفعال العبا د
للبخارى
م : صحيح مسلم
مق : مقد مة كتاب مسلم
د : سنن أبى داود
مد : المرا سيل لا بى
داود
قد : الرد على اهل
القدر لا بى داود
خد : النا سخ والمنسوخ
لا بى داود
ف : المتفر د لا بى
داود
صد : فصائل الانصارلا بى
داود
ل : المسائل لا بى
داود
كد : مسند حديث ما لك
بن أنس لا بى داود
ت : الجامع التر مذى
تم : الشمائل للتر مذى
س : سنن النسائى
سي : عمل يوم وليلة
للنسائى
ص : خصا ئص أمير المؤ
منين على للنسائى
عس : مسند على للنسائى
كن : مسند ما لك بن أ
نس للنساائى
ق : سنن ابن ما جه
فق : كتاب التفسير لا
بن ماجه[7]
Contoh Praktek Penulusuran dan
Pembuatan Skema Rijalul Hadits
حَدَّثَنَا أَبُوْبَكْرٍ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا
وَكِيْعٌ عَنْ سُفْيَانَ ـ ح ـ وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةٌ. كِلَاهُمَا عَنْ قَيْسِ
بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ وَهذا حَدِيْثُ أَبِى بَكْرٍ. قَالَ:
أَوَّلُ مَنْ بَدَأَ بِالْخُطْبَةِ يَوْمَ الْعِيْدِ قَبْلَ الْصَلَاةِ مَرْوَانُ.
فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ. فَقَالَ: اَلصَّلَاةُ قَبْلَ الْخُطْبَةِ. فَقَالَ: قَدْ
تُرِكَ مَا هُنَالِكَ. فَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ: أَمَّا هذا فَقَدْ قَضَى مَا
عَلَيْهِ. سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص.م يَقُوْلُ: مَنْ رَاى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِيعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِيعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذالِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ
No
|
Nama
Periwayat
|
Urutan
Sebagai Periwayat
|
Urutan
Sebagai Sanad
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Abu Sa’id
Thoriq bin Syihab
Qois bin Muslim
Syu’bah
Sufyan
Muhammad bin Ja’far
Waki’
Muhammad bin Al-Musanna
Abu Bakr bin Abi Syaibah
Muslim
|
Periwayat 1
Periwayat 2
Periwayat 3
Periwayat 4a
Periwayat 4b
Periwayat 5a
Periwayat 5b
Periwayat 6a
Periwayat 6b
Periwayat 7
|
Sanad 6
Sanad 5
Sanad 4
Sanad 3a
Sanad 3b
Sanad 2a
Sanad 2b
Sanad 1a
Sanad 1b
( Mukharrijul-hadits )
|
Gambar skema sanad hadits tersebut:

من رأى منكم منكرا فليغيره
بيده
![]() |

ابو سعيد الخذري
![]() |



قيس بن
مسلم
![]() |


سفيان شعبة
![]() |
|||
![]() |
|||








![]() |

مسلم
[1] M.
Alfatih Suryadilaga, dkk, Ulumul Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm.
155
[2] M.
Alfatih Suryadilaga, dkk, Ulumul Hadits, hlm. 1221-122
[3]
Ahmad Husain, Kajian Hadits Metode Takhrij, ( Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 1993 ), hlm. 90-91
[4]
M.Syuhudi Isma’il, Pengantar Ilmu Hadits, ( Bandung: Angkasa, 1991 ),
hlm. 64
[5]
A.Hasan Asy’ari Ulama’i, Melacak Hadis Nabi Muhammad Saw, (Semarang:
Rasail, 2006), hlm. 26
[6] A.
Hasan Asy’ari Ulama’i, Melacak Hadis, hlm. 55
[7] A. Hasan Asy’ari Ulama’i, Melacak
Hadis, Hlm.56-58
Tidak ada komentar:
Posting Komentar