Senin, 06 Januari 2014

CARA MEMBUAT JAM'UR RUWAH DAN MENELITI HADITS

JAM’UR RUWAH
( جمع الرواة )

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Naqd al-Hadits
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Erfan Soebahar, M. Ag




Disusun Oleh:

1.      M. Amiq Fahmi           (103 111 067)
2.      M. Khoirul Anam        (103 111 068)
3.      M. Latief Wibowo      (103 111 069)
4.      Siti Thoifah                 (103 111 096)



FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013



JAM’UR RUWAH


( جمع الرواة )

I.          PENDAHULUAN
Para ahli hadits sepakat bahwa untuk menilai kualitas hadits, terlebih dahulu harus dilihat dari segi matan dan sanad-nya. Dalam hubungannya dengan penelitian sanad, yang harus diteliti adalah rangkaian atau persambungan sanad dan keadaan pribadi periwayat hadits menyangkut dua hal; pertama, ke-adil-an yang berhubungan dengan kualitas pribadi periwayat, dan kedua, ke-dhabith-an yang berhubungan dengan kapasitas intelektualnya. Apabila kedua hal tersebut ada pada periwayat hadits maka periwayat itu dinyatakan tsiqah dan hadits yang diriwayatkannya dapat diterima sebagai hujjah.[1]
Jauhnya rentang waktu antara wafatnya Nabi Muhammad dengan penulis kitab-kitab hadits tentu menimbulkan berbagai hal yang dapat menjadikan riwayat hadits menyalahi apa yang sebenarnya berasal dari Nabi atau perubahan dan pergeseran lafal serta makna hadits yang bersangkutan. Dengan kata lain, hadits sangat mungkin tidak asli dari Nabi. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian hadits tidak hanya dari segi matannya saja, tetapi juga dari segi yang berkaitan dengan periwayatannya.
 Kegiatan periwayatan hadits sebenarnya telah dilaksanakan para sahabat pada zaman Rasulullah. Hadits yang diterima para sahabat dengan cepat disebarluaskan kepada umat Islam. Pada umumnya, para sahabat sangat berminat untuk memperoleh hadits Nabi dan kemudian menyampaikannya kepada yang lain. Namun perlu diketahui bahwa pada masa sahabat, periwayatan hadits dilakukan dengan cara sangat hati-hati. Dengan demikian periwayatan hadits tampak semarak dan semakin meluas kemana-mana sehingga dituntut adanya tata cara penyampaian dan penerimaan riwayatan hadits Nabi.[2]
Untuk itu pada makalah ini akan sedikit dipaparkan mengenai apa pengertian jam’ur ruwah, bagaimana teknik penelusuran rijal hadits, dan bagaimana praktek penelusuran   dan pembuatan skema.
II.          PENGERTIAN JAM’UR RUWAH
Jam’ur Ruwah ( جمع الرواة ) terdiri dari dua kata, yaitu kata jam’un ( جمع ) yang artinya himpunan, kumpulan dan kata ruwah (  رواة) merupakan jama’ taksir dari lafadz rowi ( راوى ) yang artinya orang yang meriwayatkan atau orang yang menceritakan. Jadi jam’ur ruwah ( جمع الرواة ) adalah himpunan atau kumpulan para perawi yang menceritakan atau meriwayatkan apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seorang ( gurunya ) mengenai hadits-hadits Nabi Muhammad SAW.
Dalam kajian ini untuk mengetahui lebih dekat hubungan antar rowi yang terdapat di dalam isnad hadits ( إسناد الحديث ). Beberapa sahabat, beberapa tabi’in dan beberapa tabi’ut-tabi’in dalam isnad itu. Riwayat hidup bagi para rowi yang dijadikan sandaran dalam isnad hadits, diantara yang dipandang penting meliputi:
a.    Nama, gelar ( kunyah ( علم كنية ) dan laqob  ( علم لقب ) ), keturunan dan penisbahannya,
b.    Tempat, negeri, tanggal lahir dan meninggalnya bila mungkin,
c.   Kepribadiannya, antara lain menyangkut amanah dan kepercayaan pihak lain, dapat dipercaya atau tidak,
d.   Pikiran dan kekuatan hafalannya; sempurna/cukup kuat atau pernah mengalami perubahan,
e. Siapa saja guru-gurunya tempat pengambilan hadits dan siapa pula murid-muridnya yang meriwayatkan dari padanya,
f.     Kemana saja mengadakan perjalanan menuntut ilmu dan hadits,
g.    Apa saja keistimewaan yang menonjol dan menjadi ciri khas baginya, sebaliknya apa saja cacat dan cela yang dapat dinilai sebagai kelemahannya,
h.  Dan lain-lain yang perlu diungkap yang pada prinsipnya akan dapat dijadikan pegangan bagi penelitian hadits, apakah rawi tersebut termasuk yang dapat dijadikan sandaran dalam isnad hadits atau tidak.[3]
III.          TEKNIK PENELUSURAN RIJALUL HADITS
Ilmu rijalil hadits adalah ilmu yang membahas secara umum tentang hal ihwal kehidupan para rawi dari golongan Sahabat, Tabi’in dan Tabi’it tabi’in.[4]
Untuk mengetahui persambungan sanad kita harus melakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
1.    Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang diteliti.
2.    Memperlajari sejarah hidup masing-masing rawi melalui:
a.    Kitab rijal al-Hadits
b.    Tujuannya adalah untuk mengetahui:
1)        Apakah rawi tersebut adil dan dabith serta tidak suka melakukan tadlis.
2)        Apakah rawi terdekat memiliki hubungan kesezamanan, atau guru murid dalam periwayatan.
3.    Menelaah shighat (kata-kata) dalam penyampaian hadits.[5]
Contoh praktis dan teknik penelusuran rawi yang ada dalam rangkaian sanad dengan langkah sebagai berikut:
a.    Memahami terlebih dahulu antara nama, nasab, kunyah dan laqab.
b.    Melihat daftar index kitab.
c.    Memahami kode-kode maraji’ dan kode lainnya dalam kitab.
d.   Memastikan nama rawi yang dicari melalui tahapan-tahapan, sebagai berikut:
1)        Bila nama tersebut hanya satu-satunya, maka dapat dipastikan dialah yang dimaksud.
2)        Bila terdapat dua nama atau lebih yang sama, maka dibedakan nasabnya terlebih dahulu.
3)        Bila nasabnya juga sama, maka dilihat kode maraji’nya.
4)        Bila ada kemungkinan sama, maka dilihat dari tahun wafatnya.
5)        Bila masih ada kemungkinan yang sama, maka dilihat dari rawa‘an dan rawa‘anhu.[6]
IV.          PRAKTEK PENELUSURAN DAN PEMBUATAN SKEMA
Dalam praktek dan penelusuran skema rijalul hadits, untuk lebih jelasnya perhatikan metode dua kitab rijal berikut ini guna memahami langkah-langkah di atas:
1.    Kitab Tahdzib al-Kamal fi Asma’al al-Rijal karya Abu al-Mahasin Syams Al-Din Muhammad bin Ali Al Husaini Al Mizzi yang diterbitkan Dar Al-Fikr, Beirut, 1994, edisi 22 jilid + 2 index (tersendiri).
Contoh no. 1:                               
١.  د فق       : احمد بن ابراهيم بن خالد المصلى ابو على
روى عن : ............ محمد بن ثا بت العبدى ( د )،.........
روى عنه : ........... ابن أبى الد نيا ( فق )
قال ابن معين : ليس به بأس
توفى سنة خمس وثلا ثين ومأتين
.-.............. (ر : ٦ ٢ ٢)
١٩- م          : احمد بن ............
٢٠ - م ٢      : احمد بن ............
 Keterangan:
a.    Nomor awal adalah nomor urut nama.
b.    Kode (د فق) adalah kode maraji’ (lihat tabel).
c.    Berikutnya adalah nama lengkap.
d.   (روى عن) menunjukkan nama-nama rawi yang mengutip periwayatannya (para guru).
e.    (روى عنه) menunjukkan nama-nama rawi yang mengutip periwayatannya (para murid).
f.     Diikuti selanjutnya penialian ulama dan informasi tentang wafatnya.
g.    Tanda(ر: ٢٢٦) maksudnya rujuklah nama berikut ke nomor urut 226.
h.   Terdapat nomor tertentu yang diikuti tanda (م م ٢)  artinya terdapat nama lainyang disisipkan mualif (pengarang) lain yang tidak dicantum dalam kitab ini.
2.    Kitab Tahdzib al-Tahdzib karya Syihab al-Din Ahmad bin Ali bin Hajar al-‘Asqalani (w.852) yang diterbitkan Dar al-Fikr, Beirut, 1988, edisi 12 jilid + 2 index (jilid 14-13).
Contoh no. 2 :
١.  د فق       : (ابو داود وابن ماجه فى التفسير)
احمد بن ابرا هيم بن خالد الموصلى ابو على
روى عن .......، محمد بن ثا بت العبدى .......روى عنه: .........
ابن أبى الدنيا ........ ما ت ٦ ٣ ٣ ......... قال ابن معين : ثقة صدوق          
Hal-hal yang bersifat teknis dari dua kitab ini antara lain:
a.    Adanya nama yang sama berikut nasab yang sama.
٦٠٦٨         :محمد بن على بن حمزة المروزى ابو على
٦٠٦٩         : محمد بن على بن حمزة بن الحسن ابو عبد الله العلوى
٦٠٧٠         : محمد بن على بن حمزة الأنصارى
٦٠٧١         : محمد بن على بن حمزة بن صالح ابو بكر الانطاكى
b.    Nama yang disebut dengan kunyah-nya , seperti:
ابو بكر المدنى            : عبد الرحمن
ابن عمر       : عبد الله بن عمر
أم الحكم        : عاتكة بنت الزبير
c.    Nama rawi yang dikenal dengan laqab-nya, seperti:
الأعرج         : عبد الرحمن بن هر مز
الأعمش        : سليمان بن مهرا
الأغطش       : سعد بن عبدالله
بندار           : محمد بن بشر
d.   Terdapat kode Maraji’ dalam Tahdzib al-Kamal antara lain:
ع               : اتفق عليه الجما عة الستة
ع               : اتفق  أصحاب السنن الاربعة
خ               : صحيح البخارى
خت                        : تعليق البخارى
ر               : القرأة خلف الامام للبخارى
ي               : رفع اليدين فى ااصلاةللبخارى
بخ              : الا دب للبخارى
عخ             : أفعال العبا د للبخارى
م                : صحيح مسلم
مق             : مقد مة كتاب مسلم
د                : سنن أبى داود
مد              : المرا سيل لا بى داود
قد               : الرد على اهل القدر لا بى داود
خد              : النا سخ والمنسوخ لا بى داود
ف              : المتفر د لا بى داود
صد             : فصائل الانصارلا بى داود
ل               : المسائل لا بى داود
كد              : مسند حديث ما لك بن أنس لا بى داود
ت              : الجامع التر مذى
تم               : الشمائل للتر مذى
س              : سنن النسائى
سي             : عمل يوم وليلة للنسائى
ص             : خصا ئص أمير المؤ منين على للنسائى
عس            : مسند على للنسائى
كن              : مسند ما لك بن أ نس للنساائى
ق               : سنن ابن ما جه
فق              : كتاب التفسير لا بن ماجه[7]


Contoh Praktek Penulusuran dan Pembuatan Skema Rijalul Hadits

حَدَّثَنَا أَبُوْبَكْرٍ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ عَنْ سُفْيَانَ ـ ح ـ وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةٌ. كِلَاهُمَا عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ وَهذا حَدِيْثُ أَبِى بَكْرٍ. قَالَ: أَوَّلُ مَنْ بَدَأَ بِالْخُطْبَةِ يَوْمَ الْعِيْدِ قَبْلَ الْصَلَاةِ مَرْوَانُ. فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ. فَقَالَ: اَلصَّلَاةُ قَبْلَ الْخُطْبَةِ. فَقَالَ: قَدْ تُرِكَ مَا هُنَالِكَ. فَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ: أَمَّا هذا فَقَدْ قَضَى مَا عَلَيْهِ. سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص.م يَقُوْلُ: مَنْ رَاى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِيعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِيعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذالِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ

No
Nama Periwayat
Urutan Sebagai Periwayat
Urutan Sebagai Sanad
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Abu Sa’id
Thoriq bin Syihab
Qois bin Muslim
Syu’bah
Sufyan
Muhammad bin Ja’far
Waki’
Muhammad bin Al-Musanna
Abu Bakr bin Abi Syaibah
Muslim
Periwayat 1
Periwayat 2
Periwayat 3
Periwayat 4a
Periwayat 4b
Periwayat 5a
Periwayat 5b
Periwayat 6a
Periwayat 6b
Periwayat 7
Sanad 6
Sanad 5
Sanad 4
Sanad 3a
Sanad 3b
Sanad 2a
Sanad 2b
Sanad 1a
Sanad 1b
( Mukharrijul-hadits )

Gambar skema sanad hadits tersebut:

رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول :
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده
 


ابو سعيد الخذري
 


طارق بن شهاب

قيس بن مسلم
 





سفيان                                                                                          شعبة
 


محمد بن جعفر                                                  وكيع                                  
 محمد بن المثنى                                           أبوبكر بن أبى شيبة                         

 


مسلم 






[1] M. Alfatih Suryadilaga, dkk, Ulumul Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 155
[2] M. Alfatih Suryadilaga, dkk, Ulumul Hadits, hlm. 1221-122
[3] Ahmad Husain, Kajian Hadits Metode Takhrij, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993 ), hlm. 90-91
[4] M.Syuhudi Isma’il, Pengantar Ilmu Hadits, ( Bandung: Angkasa, 1991 ), hlm. 64
[5] A.Hasan Asy’ari Ulama’i, Melacak Hadis Nabi Muhammad Saw, (Semarang: Rasail, 2006), hlm. 26
[6] A. Hasan Asy’ari Ulama’i, Melacak Hadis, hlm. 55
[7] A. Hasan Asy’ari Ulama’i, Melacak Hadis, Hlm.56-58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar